Assalamualaikum wr wb. Terima kasih untuk IKAAT yang sudah mengundang saya disini. Perkenalkan, saya Andra Donatta. Saya alumni TBnC dari Akademi Trainer batch 4. Cukup tua ya..hehe. Salah satu momen yang saya paling syukuri dalam hidup adalah ketika mendapat kesempatan bergabung dengan Kubik dan akademi trainer. Dari situ, banyak kesempatan dan keberkahan yang menghampiri. Terima kasih untuk dua guru saya mas Jamil dan mas Indra.
Latar belakang mengapa saya memilih tema ini karena saya memiliki impian suatu saat nanti orang tidak membutuhkan motivator dan setiap orang mampu memotivasi dirinya sendiri. Sebuah impian yang bagi sebagian orang sangat mustahil, namun saya memiliki keyakinan kuat akan hal ini.
Sebelum kita mulai, saya mengajak teman2 menjawab gambar berikut dulu :
Gak usah dikasih tahu siapa2 jawabannya. Buat renungan aja. Nah kalau sudah, silahkan di rata2 dan lihat berada di kelompok mana angka kita. Lihat gambar berikut ini :
Tentunya semua orang ingin berada di fase thriving dong. Dan tentunya semua tahu yang dapat mengubah kehidupan kita adalah ACTION. Sayangnya, tahu tidak serta merta membuat orang langsung action. Mengapa? Ini 4 kondisi yang sering terjadi.
1. Kondisi pertama, seseorang yang memiliki keberanian dan semangat untuk mencoba hal-hal baru. Dia tidak takut gagal. Apapun saran dan masukan yang datang kepadanya tidak ragu ia lakukan. Semua hal yang menarik perhatiannya pun dicoba. Namun, dia sendiri tidak memiliki tujuan yang jelas. Semua hal yang ia lakukan mengalir begitu saja tanpa arah. Ketika ditanya apa yang benar-benar diinginkan, dia pun tidak tahu. Kalau pun dia menjawab, ia kesulitan untuk menjawab secara spesifik dan terkesan berputar putar. Kondisi ini sering dialami oleh seseorang yang tidak memiliki tujuan yang jelas atau disebut lack of goal.
2. Kondisi kedua, seseorang yang sudah tahu secara jelas ke mana arah yang akan ia tuju. Dia juga sudah memiliki keberanian serta semangat untuk meraih tujuan tersebut. Akan tetapi, ia kesulitan menemukan jalan dan solusi yang terbaik. Ia pun tidak memiliki alternatif solusi atau rencana cadangan lainnya. Ia kurang kreatif dan kurang memiliki wawasan yang luas sehingga hanya melakukan hal-hal itu saja. Ketika yang dilakukannya tidak memberikan hasil, ia tidak berupaya untuk mengeksplorasi cara- cara baru dan tetap melakukan cara cara lama walau ia tahu hasilnya tidak akan maksimal. Kondisi ini sering dialami seseorang yang terjebak dengan rutinitas dan kesulitan keluar dari zona nyamannya atau disebut lack of pathways.
3. Kondisi ketiga, seseorang yang sudah memiliki arah yang jelas. Di saat yang bersamaan, dia pun sudah mengeksplorasi beberapa alternatif solusi dan rencana cadangan yang bisa ia lakukan. Namun, ia takut untuk memulai dan tidak berani mengambil resiko. Ketika di tengah jalan menemui rintangan atau hambatan, dia mudah sekali menyerah, merasa mentok lalu memilih mundur. Kadang ada sesuatu yang membuatnya ragu, khawatir, dan merasa belum siap. Akhirnya ia memilih untuk menunda. Kondisi ini sering dialami oleh seseorang yang belum menemukan motivasi yang tepat atau disebut lack of agency.
4. Kondisi keempat, ini kondisi terparah yaitu akumulasi dari ketiga kondisi diatas. Seseorang yang tidak memiliki tujuan atau keinginan yang jelas, ia juga tidak ada bayangan rencana tindakan apa yang diperlukan, sekaligus muncul banyak ketakutan atau ketidakyakinan di dalam dirinya. Kondisi inilah yang disebut lack of Hope.
Ini kesimpulannya :
Sebelum kita bahas cara melatih meningkatkan harapan di dalam diri, mari samakan definisi harapan dulu. kata harapan sering salah digunakan dalam konteks berbahasa. Misal, “aku hanya bisa berharap saja.” Ini seperti menunjukkan kepasrahan dan bersifat pasif. Padahal harapan itu adalah aktif dan harapan itu tidak menggantungkan kendalinya di orang lain. Harapan itu adalah sebuah ketrampilan dan bisa dilatih, bukan bakat.
Hope atau harapan adalah keyakinan seseorang bahwa masa depan akan lebih baik dari hari ini dan ia meyakini dirinya mampu mewujudkan hal tersebut. Harapan berbeda dengan optimis dan angan angan. Optimis adalah kondisi ketika seseorang meyakini masa depan sesuai dengan keyakinannya, namun ia tidak memiliki kendali didalamnya. Misal, saya optimis nilai rupiah kita akan meningkat lagi, tapi saya tdk memiliki kendali untuk mewujudkannya. Sedangkan angan angan lebih kepada sebuah keinginan namun tanpa disertai keyakinan apakah hal itu bisa terwujud atau tidak.
Nah sekarang masuk ke dagingnya. Bagaimana cara melatih harapan? Profesor Rick Snyder telah membuat formula yang namanya Hope Theory dan telah diriset dan digunakan oleh banyak ahli. Menurut Rick, untuk melatih harapan, dibutuhkan 3 komponen utama, yaitu :
Pertama, Goal Directed Thinking, yaitu kemampuan seseorang untuk bisa melihat masa depan yang lebih baik. Orang yang memiliki harapan besar, memiliki tujuan yang jelas dan ia tahu apa yang benar benar ia inginkan. Ia juga memiliki “purpose” atau alasan yang kuat mengapa ia perlu berjuang untuk mencapai tujuan tersebut.
Kedua, Pathway Thinking, yaitu kemampuan untuk mampu fokus pada solusi dan bukan masalah. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan menemukan banyak alternatif cara. Mereka yang memiliki harapan tinggi selalu memiliki rencana cadangan dan bersiap menghadapi kondisi terburuk.
Terakhir, Agency Thinking, yaitu kemampuan untuk memotivasi diri dan berani mengambil resiko untuk mulai bertindak. Mereka yang memiliki harapan tinggi selalu berada di dalam state “ I can do this”. Agency adalah sumber energi dan menghasilkan will power.
Tentunya, ketiga hal diatas perlu dibahas secara detail bagaimana melatihnya. Insya Allah semua caranya ada dibuku saya yang akan terbit bulan Agustus. Mohon doanya ya. Eh ini bukan jualan loh, hanya informasi saja karena tidak mungkin dijelaskan detail disini.
Cukup sekian dan semoga bermanfaat. Intinya, You can lose everything, but never lose your Hope. Monggo kalau ada yang mau bertanya.
Komentar
Posting Komentar